Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

<b></b>

Sabtu, 03 Juli 2010

Permintaan Calon Mertua yang Tidak Terduga...???

Sejak dikenalkan oleh temanku 1 bulan yang lalu, entah mengapa aku ingin segera mengetahui kondisi keluarganya. Ya hitung-hitung sebagai pendekatan kepada calon mertua. Aku tidak terlalu tau dimana rumah wanita yg aku inginkan menjadi calon istriku itu, tapi akhirnya ada salah satu temanku yang mau memberi tau alamat rumahnya.

Malam ini malam minggu, setelah sampai di depan rumahnya, aku pun dipersilahkan masuk. Setelah berbincang dan mengobrol santai dengan kedua orang tuanya, tibalah saatnya diriku untuk mengutarakan maksud kedatanganku kepada mereka. “Bapak dan Ibu, sebenarnya maksud kedatangan saya pada malam ini adalah untuk mengenal Nita, serta mengenal keluarganya lebih jauh” kataku dengan gemetar. “Selain dari itu, jika bapak dan Ibu merestui, saya beberapa satu bulan dari sekarang, berkeinginan melamarnya untuk hubungan yang jauh lebih serius yaitu pernikahan.

Aku pun bercerita, bahwa aku adalah seorang pegawai negeri biasa. Gajiku tidak seberapa. Mungkin 2 kali gaji supir mereka. Aku belum memiliki rumah, dan aku pun belum mempunyai tabungan yang cukup banyak untuk biaya pernikahan. Tapi aku janji, bahwa aku akan membahagiakan Nita.

Ayah dan Ibunya pun berkata,” nak, engkau sudah dewasa, sudah mengerti mana yang terbaik buat hidupmu. “Hidup tak hanya sekedar cinta”. Bahagia pun tak hanya membutuhkan cinta atau janji bahwa kau akan membahagiakan anak kami”.

Anak kami, Nita dari kecil tidak terbiasa hidup susah. Sehari-hari, lauk pauknya berganti-ganti dan beraneka jenis. Mulai dari Ayam, daging, cumi, udang, hingga beraneka ragam juz buah-buahan. Belum setiap minggu ia biasanya pergi ke SPA, GYM, atau salon kecantikan. Jika gajimu yang hanya seorang pegawai negeri sipil biasa, tak akan cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya kelak. Nita pun sudah terbiasa berpergian dengan menggunakan supir, lalu apakah dirimu mampu untuk membayar gaji supir kami atau minimal membelikan mobil untuknya…???

Aku pun hanya bisa menunduk. Ku tahan air mataku agar tak kelihatan cengeng di depan mereka. Lalu tiba-tiba kudengar dari depan rumah mereka ada seseorang yang mengucapkan salam dan hendak masuk. Ternyata setelah berkenalan ku ketahui bahwa ustadz muda itu adalah guru ngaji Ayah dan Ibunya Nita. Diriku sebenarnya sudah cukup kenal dengan ustadz muda itu, aku pernah berkenalan dengannya ketika sama-sama mengikuti kajian tafsir Al Qur’an di Masjid Agung daerahku.

Kedatangannya malam ini bukanlah hendak mengajari mereka membaca Al Qur’an seperti biasanya. Ustadz muda itu hanya ingin pamitan untuk melanjutkan studi S2 nya di Jakarta. Untuk itulah ustadz muda itu menyarankan kepada mereka untuk mencari guru ngaji yang baru.

Sambil melihatku, ustadz muda ini berkata,”pak ibu, kenapa tidak mengambil nak mas ini saja untuk mengajari bapak dan ibu mengaji”. Saya sering melihatnya mengikuti ta’lim atau kajian di Masjid Agung sini, ia juga kan seorang lulusan pondok pesantren Krapyak. Seharusnya nak mas ini bisa mengajari bapak dan ibu, lebih dari saya yang hanya seorang lulusan sarjana akuntansi.

Aku pun berkata kepada mereka,” banyak Pak, Bu, sebenarnya yang masih lebih fasih dan paham cara membaca Al Qur’an yang benar dibandingkan saya. Kalau mau nanti saya bisa tanyakan pada teman saya di pondok. Ustadz muda itu pun menasehati saya agar jangan terlalu merendah, dirinya tau bahwa saya adalah lulusan pondok tersebut dengan predikat sangat membanggakan. Dirinya juga tau, dulu sebelum menjadi PNS, saya lah yang mengajari anak-anak TPA di kampungnya membaca Al Qur’an.

Aku pun tidak bisa menolak, ku katakana pada orang tuanya Nita,”Pak ibu, jika bapak dan ibu berkenan, saya bisa mengajari bapak dan ibu membaca Al Qur’an. Saya melakukan ini ikhlas semata-mata mencari keridhoan Allah. Terlepas Bapak dan Ibu tidak merestui hubungan saya dan Nita untuk melanjutkan hingga ke pernikahan, saya tetap ikhlas.

Karena sudah larut malam, aku dan ustadz muda itu pun pamit. Sebelum meninggalkan gerbang rumah mereka, aku pun dipanggil lagi oleh ayah dan ibunya Nita,” Nak, datanglah Bulan depan bersama ayah dan Ibumu, kami hanya menginginkan mahar berupa keikhlasanmu untuk mengajarkan kami cara Membaca Al Qur’an yang benar. Soal harta dan bahagianya anak kami Nita, kami yakin Allah telah menuliskannya di dalam Lauhful mahfudz, kami hanya bisa mendoakan semoga anak berbakti sepertimu bisa membahagiakannya dunia akhirat.