Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

<b></b>

Selasa, 18 Mei 2010

Jogja dan sebuah kesuksesan

Aku hanya bisa melamun. Pikiranku sedang melayang jatuh, hatiku serasa ngilu dan sedikit takut. Bukan takut menjadi bujangan lapuk karena sampe saat ini aku tak mempunyai pacar. Ataupun sedih karena tidak mempunyai Hp untuk facebook-an. Yang kutakutkan adalah, 3 bulan menjelang UAN tiba, persiapanku sampe saat ini masih sangat kurang. Terutama dalam mata pelajaran matematika, sudah berapa kali ujian percobaan yang diadakan oleh sekolahku, namun sebanyak itu pula nilainya tak jauh dari angka 5.

Memang kegiatanku di SMA ini cukup banyak, selain sebagai ketua rohis di SMA Tegalkenangan ini, diriku juga harus mengantarkan koran dan majalah dari agen ke kios-kios terdekat dengan rumahku. Di waktu malamnya, aku juga seperti biasa menemani ayahku berdagang pecel lele di pinggiran trotoar pasar kuchen, Jogja. Maklum, 5 tahun yang lalu ibuku meninggal karena mengalami serangan jantung, jadi akulah yang menggantikan peran ibuku untuk menemani ayah berjualan pecel lele.

Aku ingin sekali lulus dan langsung bekerja. Aku tak ingin mengulang sekolah untuk tahun berikutnya. Bukan karena malu, tapi memang karena adik-adikku pun ingin merasakan bagaimana senangnya bersekolah dan belajar menulis dan membaca. Selama hampir 3 tahun, diriku memang tidak pernah disubsidi oleh sekolah. Aku pun harus membayar uang SPP sekolah sebesar 65 ribu sebulannya, dan membeli buku tulis dan buku bacaan yang tidak bisa dibilang kecil. Sekolah ku sebenarnya tau kalau kami adalah keluarga yang miskin, tapi ayahku bilang, masih banyak keluarga lain yang membutuhkan subsidi/bantuan sekolah itu lebih dari kita. Selagi ayah masih bisa bekerja, keperluan dan biaya sekolahku masih bisa terpenuhi.

Maklum dari sekian banyak siswa di sekolahku, hampir dari separuh siswa berasal dari keluarga miskin. Kondisinya memang tak jauh berbeda dengan keluargaku. Masih beruntung keluarga kami bisa makan dua kali sehari. Bayangkan, dengan 5 orang anak, penghasilan hasil berjualan pecel lele oleh ayahku hanya cukup untuk membiayai Uang SPP sekolahku dan biaya semesteran kuliahnya kakakku. Karena kondisi keuangan keluarga kami yang begitulah, dirikupun tak pernah mendapatkan uang saku/jajan. Seluruh hasil dari biaya mengantarkan koran/majalan dari agen ke kios2, aku kumpulkan untuk biaya kuliahku nanti.

Kusampaikan kegelisahanku ini kepada ayahku. Kukatakan padanya bahwa diriku ini belum terlalu siap untuk mengikuti UAN. Aku sangat khawatir kalau nanti diriku tidak lulus dan harus mengulang tahun depan. Ayahku memang sangat pengertian. Ia berkata, hidup seseorang dan kesuksesannya tidak lah ditentukan dengan kelulusan UAN atau berhasil memasuki universitas favorit. Hidup yang sukses adalah kejujuran untuk mengakui seberapa jauh kemampuan kita, mengakui kekurangan dan kelebihan kita, dan bagaimana kita melakukan usaha yang terbaik dan memaksimalkan kemampuan otak kita dalam berfikir.

Banyak orang yang malas, membohongi dirinya sendiri bahwa Allah telah menganugrahkan otak yang sempurna kepadanya, namun ia tidak mau berusaha, ia mencontek, dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kelulusan. Dalam kertas ia memang lulus atau sukses, tapi bagi ayah, orang seperti itulah yang sebenarnya dikatakan sebagai orang yang gagal.

Ayah ingin engkau bisa berusaha yang maksimal. Ayah tidak akan kecewa jika engkau nantinya tidak lulus. Yang penting engkau telah berusaha dan berdoa yang terbaik. Ayah yakin engkau dapat sukses nantinya, entah dari jalan kelulusan dan melanjutkan kuliahmu atau dari jalan yang lain. Tak adil rasanya jika ada siswa yang sama-sama tidak belajar, pemalas, atau tidak memiliki kemampuan menjawab soal, tapi yang satu dapat lulus karena mencontek dan yang lainnya tidak lulus karena tidak mencontek. Lihatlah pengusaha sukses Bob Sadino yang tidak mengenyam perkuliahan, tidak mendapatkan materi bisnis dan manajemen, atau pelajaran bagaimana melakukan investasi yang baik, beliau mampu menunjukkan bahwa kesuksesan tidaklah hanya didapatkan melalui bangku kuliahan semata.

15 tahun telah berlalu. Dan taukah anda apa yang terjadi dengan diriku. Apakah anda mengira bahwa aku bisa melanjutkan kuliah di universitas ternama di Jogja, atau minimal telah menjadi orang yang sukses…? Mungkin sebagian perkiraan anda memang ada benarnya, tapi sebagian besar juga tidaklah tepat. Aku memang tidak bisa berbangga karena tidak bisa melanjutkan kuliah ke UGM atau universitas swasta yang lain di Jogja. Aku pun tak mungkin berbangga dengan nilaiku yang pas-pasan dalam ijazah kejar paket C ku. Tapi yang membuatku cukup puas, adalah diriku telah jujur, mengakui bahwa bakat, otak, dan keahlianku bukanlah dalam mata pelajaran fisika, matematika, atau kimia.

Mungkin bakatku yang sebenarnya adalah dalam dunia bisnis, bagaimana memutar otak untuk menghasilkan inovasi-inovasi, dan yang paling penting adalah bagaimana mengkomunikasikan dengan banyak orang mengenai resep dan jenis barang yang aku buat. Aku tak pernah mendapatkan pelajaran marketing, manajemen bisnis, atau ilmu komunikasi dan manajerial. Tapi yang membuatku puas, dengan kerja kerasku, dengan ketekunanku, dan belajar dari nasehat-nasehat kecil ayahku, kini aku berhasil memperkerjakan 50 orang pegawai yang bekerja di 5 warung makan siap saji di Jogja, Sleman, dan Bantul. Tak hanya itu akupun berhasil membuka 5 salon potong rambut dan sebuah distribusi koran dan majalah yang memperkerjakan lebih dari 100 orang pegawai. Ketiga adik-adikku pun dapat melanjutkan kuliahnya di UGM.

Bagiku sebuah kata “kesuksesan” adalah bukan karena telah menjadikan diri kita sebagai seorang pegawai sebuah perusahaan dengan gaji yang sangat tinggi, atau sukses karena telah menamatkan pendidikan hingga S3. Kesuksesan buatku adalah bagaimana kita bisa menjadikan orang lain sukses, dapat bekerja dan memiliki penghasilan buat menafkahi anak-anak dan istri mereka. Dan yang paling penting, kesuksesan karena diri kita telah jujur mengakui apa yang menjadi kekurangan kita dan memaksimalkan apa yang menjadi kelebihan kita untuk keluarga dan seseorang yang kita cintai.

Tidak ada komentar: