Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

<b></b>

Selasa, 18 Mei 2010

lilin-lilin kecil 2


masih dalam suasana gelap, dan hanya ditemani sebuah lilin kecil…… daku kembali teringat dengan masa-masa kecil ku dulu waktu masih di sekolah dasar. ketika itu daku disekolahkan di sekolah dasar Xaverius. walaupun agama keluarga kami Islam, akan tetapi pada waktu itu orangtua kami beranggapan bahwa sekolah dasar itu adalah sekolah dasar yang terbaik di daerah kami. sekolah itu banyak menelurkan bibit-bibit unggul, seperti siswa yang berprestasi, pelajar teladan, juara olimpiade dan sebagainya.

seinget saya dulu…..saya adalah orang yang paling males, sering dapat hukuman….bahkan sampai keselnya, guru saya sering menghukum saya hingga disuruh berdiri di depan kelas dengan menggantungkan kaki kiri hingga bel pulang dibunyikan, hal ini tidak membuat saya kapok atau jera. saya malah semakin membandel. entah dengan terlambat masuk kelas, buat keributan di kelas, maupun rutinitas keabsenan dalam membuat PR. waktu itu memang saya diangap sebagai siswa yang bandel, banyak omong, dan nakal. hampir semua guru mengenal saya… entah mengapa hal ini tidak membuat saya jera, hingga kelas 2 SD peringkat saya di kelas masih berada pada peringkat 2 dari “bawah” , sesuatu yang sangat membanggakan dan sekaligus memperihatinkan.

Tapi entah mengapa di waktu kelas tiga saya mulai merasakan yang dinamakan dengan BREAK EVENT POINT, sesuatu titik impas dan merupakan titik point yang mengantarkan saya untuk berubah, waktu kelas 3, saya diperkenalkan dengan mata pelajaran Pramuka yang merupakan mata pelajaran yang masih wajib di kala itu, saya diajarkan dengan game-game ketangkasan, kemandirian, pengetahuan yang mengunakan sistem reward/hadiah dan bukan punishment/hukuman untuk menyemangati murid-muridnya.

pada saat sore hari menjelang pulang dari perkemahan, saya tidak sengaja mendengar beberapa guru yang sedang mengobrol mengenai kepribadian saya. kata guru yang satu mengatakan bahwa saya ini adalah orang yang nakal, males, dan tidak disiplin, sedangkan yang satunya membelaku, beliau mengatakan bahwa saya sebenarnya “bocah yang belum mengerti”, malah memiliki potensi dan beberapa kelebihan yang perlu untuk distimulasi. untuk itu perlu diadakan pendekatan yang persuasif lebih lanjut.

dari situlah sambil mengendarai sepeda menuju rumah, saya memikirkan kata-kata yang tidak sengaja saya dengar dari guru tersebut, terutama mengenai kata-kata “bocah yang belum mengerti”, dan kata-kata “potensi” dan “stimulasi”. maklum anak-anak seusia itu memang belum banyak mengerti kosakata yang asing didengar atau pun beberapa majas yang bukan pembicaraan pada umumnya seorang bocah-dengan anak sebaya lainnya.

entah dari mana asalanya saya pun tak tau, mungkin yang saya tau bahwa kalau saya mendapatkan ranking satu hingga tiga saya akan dibelikan barang yang saya suka ataupun diberikan sejumlah uang untuk ditabung, begitu juga dengan berbagai saudara yang akan memberikan appreciate and cheers kepada kita apabila kita telah sukses dalam menerima rapot. mungkin ini adalah metode REWARD yang kita kenal pada mata pelajaran orientasi bisnis dan manajemen. lalu apakah ini yang disebut stimulasi??? dan apakah ini masih layak untuk dipratekkan dalam kehidupan seseorang yang sudah dewasa??? atau pada kehidupan sekarang yang sudah mengglobal???

kebalikan dari itu, kalau kita mendapatkan banyak nilai “merah” pada raport, dan beberapa “note” peringatan dari guru, kita tentu saja akan diberikan yang namanya PUNISHMENT, dari yang namanya pemboikotan atau pemotongan uang jajan, permintaan yang sementara waktu ditangguhkan, atau pun minimal diberikan senyum yang kecut seraya disuruh untuk banyak belajar. Apakah hal ini masih relevan untuk diterapkan di masa sekarang.????

Ternyata orang tua kami adalah orang tua yang arif yang dapat melihat sisi penerapan pengajaran kepada anak-anaknya yang disesuaikan dengan kondisi, dan umur dari seorang anak. kasih sayang seorang ibu, dan seorang ayah yang menginginkan kebaikan dan masa depan kepada anaknya akan tetapi dengan tetap memperhatikan perasaan dan jiwa anak tersebut. mungkin “seperti film nagabonar 2″ yang mana nagabonar mencoba untuk memahami pemahaman atau perasaan anaknya “bonaga” walaupun dilahirkan pada zaman yang berbeda.

banyak yang telah bapak dan ibu kita berikan kepada kita, dari materi, kasih sayang. perhatian dan pemahaman yang diberikan mereka dengan tulus dan ikhlas demi kebaikan dan masa depan anaknya. betapa banyak kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan, dan semuanya telah dimaafkan tanpa memberikan bekas yang pahit di hati mereka. berapa banyak uang yang dihabiskan untuk membiayai pendidikan kita, biaya waktu kita sakit, mainan waktu kita masih kanak-kanak, dan berbagai macam biaya yang tidak pernah dihitung oleh seorang anak kepada orangtuanya untuk membalasnya.

mungkin yang kita lakukan setelah dewasa adalah yang sebaliknya… kita tidak mau memahami perasaan orang yang sangat mencintai kita, kita tidak mau menahami perasaan orang yang telah mencoba memahami perasaan kita diwaktu kita kecil hingga menjadi dewasa. mungkin saat ini betapa banyak pamrih yang kita minta, kita hitung, kita kalkulasi dengan segelintir kecil peran dan bantuan kita terhadap mereka.

dari kesalahan-kesalahan kita yang telah dihapuskan dari waktu kita melahirkan, isak tangis yang sangat mengganggu mereka di malam hari, kenakalan yang telah kita perbuat hingga dewasa mungkin tak sebanding dengan kesalahpahaman yang telah mereka perbuat dari masa kini hingga masa mendatang.

Bukanlah hadis yang mengatakan bahwa “surga di telapak kaki ibu” adalah benar dan sebanding. itulah sebabnya pada waktu ada seseorang yang mau bertobat karena melakukan banyak dosa besar seperti membunuh dan berzina datang kepada Umar bin Khattab ra. kemudian setelah melakukan tobat nasuha, orang tersebut ditanya apakah memiliki seorang ibu ataukah tidak, yang ia dapat menggantikan kesalahan tersebut dengan kebaikan dalam baktinya ia kepada sang ibu. dan bukankah ini sesuai dengan cerita israil zaman dahulu, yang menyimpulkan bahwa ada seorang laki-laki penjual daging yang masuk surga menemani nabi Musa As, ketika dijumpai pada kehidupan sehari-hari ibunya yang telah tua renta itu berdoa kepada ALLAH ketika sang pemuda menyuapi ibunya dengan sup daging yang ia buat setiap hari dengan ikhlas……………….

semoga ini tidak hanya menjadi sebuah cerita “umbel”, sebaliknya ….sisi baik yang dapat kita cerna dapat kita laksanakan pada kehidupan kita masing-masing sesuai dengan versi dan pola kehidupan masing-masing. dan jika ada kesalahan atau kekuarangan apalgi ketidakbenaran maka komennya sangat ditunggu untuk perbaikan….sayounaraaaaaaaaa

Tidak ada komentar: