Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

<b></b>

Senin, 31 Mei 2010

berawal dari prasangka yang baik...

Hidup Reina tidak sebahagia seperti yang ia pikirkan dahulu. Ketika akad nikah, ia berharap bisa menjalani bahtera rumah tangga bersama dengan suaminya hingga beranak cucu. Punya anak yang soleh dan pintar, memiliki rumah idaman dengan kebun aneka buah yang luas, hingga bisa pergi berhaji bersama dengan keluarganya tercinta. Namun, suaminya telah mendahuluinya setahun yang lalu karena terkena serangan jantung. Hanya dua anaknya yang masih kecil yang menjadi semangatnya untuk hidup dan menempuh lembaran baru.

Selama ini Reina memang hanya berkerja sebagai seorang guru honorer di SD Muhamadiyah 1 Lampung. Gajinya yang hanya sebesar 600 ribu, dan uang pensiunan almarhum suaminya sebesar 800 ribu hanya bisa pas-pasan mencukupi kebutuhan makan dan pendidikan kedua anaknya.

Suatu malam tepat setahun semenjak kepergian suaminya, Reina bermimpi bahwa dirinya melihat suaminya sedang berada di dalam sebuah pengadilan. Dimana ketika itu dirinya sedang berdiri menjawab sebuah pertanyaan dari seseorang yang tidak dikenalnya...Entahlah ia pun tidak bisa melihat orang yang bertanya tersebut dengan jelas, ia pun samar-samar mendengar beberapa pertanyaan yang sangat membingungkan. Reina dalam mimpinya tidak dapat menjawab dengan sebuah kata apapun, ia hanya bisa diam, memandangi wajah suaminya yang tertunduk lesu.

Ketika ia sadar dari mimpinya, ia teringat akan sesuatu yang selama setahun ini hampir ia lupakan. Semasa suaminya masih hidup, sudah terkumpul sejumlah uang yang suaminya niatkan bersama dirinya untuk pergi haji. Jumlahnya memang baru sekitar 50 juta, tidak cukup untuk mereka berdua pergi haji. Meskipun demikian dengan jumlah sebesar itu, sebenarnya sudah cukup untuk menghajikan salah seorang dari mereka.

Banyak saudara yang menyarankan agar uang tersebut didepositokan saja. Dan setiap bulannya ia bisa menikmati uang dari bunga-nya tersebut. Tapi Reina menolaknya secara halus, dalam hatinya ia tetap yakin pada pendirian suaminya, bahwa bunga bank adalah rezeki yang haram, tidak akan membawa berkah buat dirinya dan anak-anaknya. Ada juga saudara yang menyarankannya agar menginvestasikan dalam bentuk reksadana, sehingga akan mendapatkan return atau dividen yang lumayan untuk membantu kebutuhan hidupnya setiap bulan. Sebagian tetangga bahkan menasehatinya agar membuka warung atau kios yang cukup besar di pasar.

Reina tampak bingung, dalam hatinya ia merasa bahwa uang itu adalah uang suaminya yang seharusnya ia jalankan untuk melaksanakan pergi haji. Tapi dalam hati kecilnya ia pun bingung, karena anak-anaknya masih kecil, anaknya yang pertama masih kelas 3 SMP, sedangkan anak yang kedua masih kelas 6 SD. Selain berat hatinya untuk meninggalkan mereka, saat ini kedua anaknya itu sangat membutuhkan dana untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Seragam baru, sepatu baru, uang pembangunan, uang SPP, dan uang pendaftaran sangat membuatnya bimbang untuk melaksanakan pergi haji.

3 Januari 2011, setelah beberapa kali sholat istikharah, dirinya pun mantap untuk melaksanakan haji. Setelah mendaftar 1 bulan sebelumnya, ia menuliskan surat izin kepada sekolah dimana selama ini ia mengajar. Meskipun ia takut ia akan dikeluarkan nantinya karena selama ini ia masih menjadi guru honorer disekolah tersebut, ia hanya bisa pasrah. Baginya apa yang ia lakukan selama ini adalah untuk masa depan dirinya di akhirat nanti. Ia tidak ingin dipertanyakan nanti di akhirat sebagai seorang istri yang tidak berbakti dan tidak menjalankan apa yang telah diwasiatkan suami.

Sebelum keberangkatan, ia serahkan urusan kedua anak-anaknya tersebut kepada adik iparnya. Tak lupa ia titipkan sejumlah uang dan kartu ATM untuk mengambil uang pensiun almarhum suaminya sebesar 800 ribu setiap bulan. Ia berpesan kepada kedua anak-anaknya agar jangan melupakan sholat, dan rajin membaca Al Quran setelah Sholat lima waktu. Doakan ayahmu agar diampuni segala kesalahan-kesalahannya, dan mudah-mudahan Allah menganurahkan surga kepadanya. Dan kepada Ibumu semoga selamat sampe tujuan dan hajinya barakah.

Tak terasa sudah hampir 1 bulan sejak kepergian Riena ke Tanah Suci Mekkah. Adik iparnya yang ternyata jatuh sakit dan masih dalam keadaan kritis dirumah sakit, tidak memungkinkan untuk mengurusi anak-anaknya di rumah. Kedua anak Riena pun hanya bisa makan dua kali sehari, Kartu ATM yang selama ini ia titipkan kepada adik iparnya, ternyata masih tertinggal di rumah adik iparnya, lupa adik iparnya berikan.

Malam menjelang, kumandang takbir akbar bersahutan menjelang hari raya kurban yang sangat diidamkan. Kedua anak itu memang tak se-ceria anak-anak kebanyakan. Mereka hanya bisa menangis teringat dengan ayahnya yang telah tiada, teringat akan kenangan mereka di masa lalu, dimana mereka akan mendapatkan baju koko baru sebelum sholat id di lapangan. Mereka juga teringat akan ibunya yang kini berada di mekkah, biasanya ibunya lah yang selalu menceritakan kepada mereka cerita para nabi dan orang-orang sholeh.

Ketika kedua anak itu sedang asik tilawah mendoakan ayah dan ibunya, keluarga dari ayahnya yang berada di Jawa Tengah datang. Mereka membawa oleh-oleh dan baju-baju bagus untuk kedua anak itu. Betapa senang kedua anak itu, air di kedua matanya kembali berlinang, mengingat bagaimana ketika dulu, keluarga mereka biasa berkumpul bersama ayah dan ibunya. Mereka kini tak lagi khawatir dan kesepian, karena selama 1 bulan kedepan mereka akan berlibur di rumahnya.

Hari yang dinanti tiba, tak terasa, Reina, ibu dari kedua anak itu telah tiba di rumah yang penuh berkah itu. Wajahnya tampak bahagia, melihat kedua anaknya dalam kondisi sehat. Kangen yang tiada tertahan, melinangkan air mutiara cinta dari kedua matanya. Di saat yang sama, datanglah sahabat Riena, teman satu pengajar di sekolah dimana ia mengajar, yang mengatakan bahwa dirinya kini telah diangkat menjadi guru tetap di SD swasta tersebut. Betapa anugrah yang Allah berikan tiada terkira. Dengan gajinya yang kini sudah sebesar 2 Juta Rupiah setiap bulannya, ia yakin bisa menyekolahkan kedua anaknya hingga bangku kuliah. Ia juga masih menyimpan sisa uang dari ia pergi haji sebesar 10 juta yang bisa ia investasikan di usaha catering milik keluarga suaminya yang dari jawa tengah tersebut. Dirinya berharap semoga Allah selalu memberikan pertolongan kepada dirinya dan kedua anaknya kelak.

Dan ingatlah... :

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami.


Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami...... (QS. Al Baqarah:286).

2 komentar:

uphikjusteffort mengatakan...

semakin bgz aj dhar tulisanmu.... lanjut...

Mbah Dharmo Birowo mengatakan...

tenkyu...jazakallah khaeron..