Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

<b></b>

Selasa, 18 Mei 2010

lilin-lilin kecil 1


bismillah, dengan menyebut nama Allah, semoga tulisan ini mendapatkan berkah dari-Nya.

dini hari tanggal 20 maret 2006, ada yang tidak biasa…. aku melihat suasana di dalam kamarku yang gelap. setelah ku buka pintu, kusaksikan kegelapan yang menyelimuti seluruh perumahan warga. aneh memang…Jakarta yang jarang sekali dilanda “mati lampu” kali ini harus rela kena giliran jatah pemadaman. Tapi yang janggal suara dangdut, masih begitu menggema di telingaku. maklum mendekati hari libur panjang, banyak orang menghabiskan waktu nya sia-sia hanya dengan mendengarkan lagu yang “kurang bermakna”.

lha kok jadi ngelantur ke “mati lampu” ya… kali ini aku ngetik dengan ditemani dengan temanku. sang lilin kecil yang telah aku nyalakan dengan sebuah korek yang setengah mati aku cari. maklum di Jakarta jarang sekali “mati lampu”. tak seperti dulu ketika aku di Lampung, pemadaman lampu seolah telah menjadi jatah yang merupakan kewajiban dari tiap minggu.

aku tiba-tiba teringat dengan kehidupan ku dulu waktu kecil. aku hidup di sebuah perumahan sederhana “perumnas”. waktu kecil selain menantikan malam minggu, kami sangat suka menantikan waktu “mati lampu”. seolah dengan kejadian ini kami “anak-anak kecil” dapat keluar bermain, menghentikan kegiatan belajar, dan saling berkejar-kejaran, main “sumput-sumputan” atau petak umpet. Maklum waktu itu tidak ada yang namanya Game, PS, atau pun laptop yang bisa dipakai walau dalam kondisi mati lampu sekalipun.

tapi kebahagian di hati kami, adalah kami dapat berkumpul bersama teman-teman, bercanda bersama, tertawa bersama, dan tentunya makan jajanan bersama di warung. Kebetulan di depan rumah kami memang ada warung yang menjajakan makanan-makanan kecil, seperti empek-empek, bakwan, dan beberapa coklat, dan “chiki” yang sangat disuka anak-anak seusia kami. barulah pada saat usia kami menginjak usia 9 tahun, kami sudah mengenal yang namanya Game sejenis nintendo atau sega. waktu itu belum banyak warga yang memilikinya, sehingga kamipun masih sering bergerombol menebeng bermain pada salah satu tetangga.

keluarga kami, ayah dan ibu kami mendidik kami agar selalu mandiri, apalagi dalam masalah mainan atau barang yang kami senangi. kami diharuskan membelinya sendiri dengan uang jajan yang kami sisihkan sebelumnya. saya teringat dengan hasil tabungan saya yang saya serahkan kepada kakak untuk menyumbang pembelian “game sega” waktu itu. bayangkan waktu itu saya hanya dapat mengumpulkan uang di bawah 50 ribu, sedangkan kakak-kakak saya dapat mengumpulkan uang hingga 200 ribu. maklum waktu itu saya adalah seorang anak kecil tulen, bungsu lagi, makanannya ya somai,empek-empek dan beberapa makananan “perusak gigi”. so pasti uang jajanya habis hanya untuk membeli makanan yang aneh itu.

tapi akibat dari pembelian game sega ini, seringkali membuat kami bertengkar, maklumlah aku yang masih kecil tidak mau ngalah dan kakak ku yang besar pun tidak mau pengertian terhadap knya. menurut kakaku karena kontribusi sumbanganku yang terlalu kecil, aku mempunyai saham yang kecil juga, berarti hasil yang didapat juga kecil. jadinya waktu itu saya hanya kebagian main di menit-menit terakhir, atau kalo saya baru merengek-rengek kepada orang tua, barulah mereka mengalah. mungkin ini adalah sebagian memori yang ada di otak kecilku. kadangkala lucu, aneh, dan sering membuat aku senyum-senyum sediri ketika membayangkannya. yah bagaimana lagi itulah adanya dan malah menjadi perekat hubunganku dengan kakak kakaku. I always love you all, All of my brother, friends, and of course my parents.

Tidak ada komentar: